Selasa, 29 November 2016

MASALAH SOSIAL (LONGSOR PURWOREJO)

TUGAS KELOMPOK 
ISD 5

Di Susun Oleh        : Kelompok 5
Kelas                      : 1IC02
Anggota                  : M .Rizky Priyanto (25416095)
                                 Ryo Wicaksono(26416738)
                                 Byan Asdar Saputra(21416501)
                                 Yohanes Martin(27416782)
                                 Fahrul Rozi (22416500)



UNIVERSITAS GUNADARMA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
JURUSAN TEKNIK MESIN

Banjir & Tanah Longsor di Purworejo Tewaskan 46 Orang
Banjir & Tanah Longsor di Purworejo Tewaskan 46 Orang
Minggu,  19 Juni 2016  −  19:56 WIBSeorang warga sedang menata sejumlah jenazah di halaman Mushola Ar Rohmah Desa Karangrejo Kecamatan Loano, Purworejo. (hery priyantono/koran sindo)

PURWOREJO - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, menyebut jumlah korban tewas bencana alam tanah longsor dan banjir mencapai 46 orang.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Purworejo Budhi Hardjono memastikan bahwa korban meninggal dalam kejadian bencana alam tanah longsor dan banjir pada Sabtu, 18 Juni 2016 malam berjumlah 46 orang. Dari jumlah itu, pada proses evakuasi hari pertama Minggu (19/6/2016) kemarin, tim SAR berhasil mengevakuasi sebanyak 27 orang.

Berikut data lokasi bencana dan jumlah korban yang berhasil ditemukan. Di Dusun Desa Karangrejo, Kecamatan Loano di evakuasi sebanyak sembilan korban. Kemudian di Desa Donorati, Kecamatan Purworejo ditemukan sebanyak tiga orang.

Di Desa Sidomulyo, Kecamatan Purworejo berhasil dievakuasi sebanyak lima orang, di Desa Mranti dua orang, Desa Pacekelan sebanyak dua orang. Desa Jelok, Kecamatan Kaligesing ditemukan tiga korban. Dan di tiga desa masing-masing Desa Tangkisan, Berjan dan Desa Bagelen ditemukan satu orang korban meninggal.

Proses evakuasi hari pertama sudah dihentikan tadi pukul 17.00 WIB dan akan dilanjutkan besok pagi. “Terpaksa harus kami hentikan pencarian korban yang tertimbun tanah sebab kondisi cuaca mendung. Kami kawatir akan terjadi turun hujan,” imbuh Budhi Hardjono.

Sementara itu, data berbeda dikeluarkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). BNPB menyebut bencana banjir dan tanah longsor yang terjadi di 16 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah, telah menyebabkan 35 korban tewas, 25 korban hilang, 14 korban luka-luka.

Selain itu, bencana juga menyebabkan ratusan rumah rusak serta kerugian ekonomi hingga miliaran rupiah. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, menyebut data tersebut terhimpun hingga Minggu (19/6/2016) pukul 17.30 WIB. Dari bencana yang terjadi itu, wilayah Kabupaten Purworejo paling banyak terdapat korban jiwa; terinci 19 tewas, 25 orang hilang dan 11 luka-luka.

Rinciannya; longsor dengan korban jiwa terjadi 5 lokasi. Di Desa Karangrejo, Kecamatan Loano terdapat sembilan tewas, enam hilang dan 1 luka-luka, sedangkan akibat banjir empat tewas, dua hilang dan tujuh luka-luka. Di Desa Pacekelan Kecamatan Purworejo terdapat satu tewas dan satu luka-luka.

Di Desa Jelog, Kecamatan Kaligesing ada dua orang hilang, di Desa Sidomulyo, Kecamatan Purworejo ada satu tewas dan empat hilang, sedangkan di Desa Donorati Kecamatan Purworejo terdapat empat tewas, 11 hilang dan 2 luka-luka.

“Sebagian besar banjir telah surut, sedang pencarian korban tertimbun longsor masih dilakukan serempak di beberapa titik longsor,” ungkapnya melalui siaran pers, Minggu petang.
Sementara itu BNPB menyebut ada 16 kabupaten/kota di Jawa Tengah mengalami banjir dan longsor. Masing-masing; Purworejo, Banjarnegara, Kendal, Sragen, Purbalingga, Banyumas, Sukoharjo, Kebumen, Wonosobo, Pemalang, Klaten, Magelang, Wonogiri, Cilacap, Karanganyar, dan Kota Solo.

Sementara, di lokasi lain terinci; Kabupaten Banjarnegara 6 tewas dan 3 luka-luka; Kebumen 7 tewas; Sukoharjo 1 tewas; Rembang 1 tewas dan Banyumas 1 tewas. Sebagian besar korban meninggal dan hilang akibat longsor yaitu dari 35 tewas karena longsor, sementara 4 tewas akibat hanyut banjir.

Lokasi longsor, sebut Sutopo, cukup sulit dijangkau. Khususnya jalan menuju Desa Donorati, kondisinya rusak dan terdampak longsor. Ini menyebabkan alat berat tidak dapat digunakan untuk mencari korban. Pencarian dilakukan dengan manual oleh ratusan personil SAR gabungan.

Kepala Badan Search And Rescue Nasional (Basarnas) Kantor SAR Semarang, Agus Haryono, mengatakan timnya sudah bergabung bersama Tim SAR Gabungan di Kebumen dan Purworejo untuk keperluan evakuasi. Kantor SAR Semarang juga tengah melakukan evakuasi terhadap warga yang terkena banjir di Kendal dan Solo.

Dia mengatakan, hujan dengan intensitas tinggi telah menyebabkan para korban tewas dan beberapa luka-luka akibat longsor di wilayah berbeda.  Para korban ini dari lokasi longsor di Purworejo, Kebumen dan Banjarnegara. 
Ini Penyebab 2 Desa di Purworejo Rawan Longsor
SENIN, 20 JUNI 2016 | 20:12 WIB
Ini Penyebab 2 Desa di Purworejo Rawan Longsor
Puluhan petugas kepolisian melakukan proses evakuasi dan pembersihan pada titik longsor di dusun Caok, Karangrejo, Loano, Purworejo, Jawa Tengah, 19 Juni 2016. Puluhan rumah rusak berat tertimbun tanah sejak Sabtu (18/06). TEMPO/Pius Erlangga

TEMPO.CO, Purworejo - Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Purworejo, Budi Harjono mengatakan Desa Karangrejo dan Desa Donorati tergolong dalam tingkat tinggi rawan bencana longsor, karena wilayahnya sebagian besar tanah gambut dan marak penebangan liar. Di dua desa itulah ditemukan paling banyak korban tewas akibat longsor yang terjadi Sabtu, 18 Juni 2016.

Budi mengatakan strategi mitigasi bencana sudah dilakukan seperti sosialisasi, simulasi, dan pemasangan rambu. "Warga responsnya macam-macam. Ada yang mendukung dan ada yang cuek. Tapi yang namanya bencana, siapa yang tahu," katanya kepada Tempo, Senin 21 Juni 2016. Namun dia, mengakui selama ini program yang sudah dilakukan sebatas sosialisasi dan simulasi bencana.

Ia menjelaskan total korban tewas akibat tanah longsor yang sudah ditemukan mencapai 30 orang dan sebanyak 13 orang masih hilang. Adapun rinciannya di Desa Donorati 9 orang tewas dan 6 orang belum ditemukan, Desa Karangrejo 10 orang tewas, 7 belum ditemukan, Desa Jelok 4 orang tewas, Desa Pacekalan 2 orang tewas, Desa Sidomulyo 5 orang tewas.
“Sebanyak 16 orang mengalami luka-luka dari 5 desa tersebut,” katanya kepada Tempo Senin 21 Juni 2016.

Suparlan, 61 tahun, warga Padukuhan Cauk, Kelurahan Karangrejo, Kecamatan Loano, Purworejo, menjelaskan tanah longsor akibat hujan deras yang turun sejak siang. "Pukul 5 sore itu mulai tambah deras. Longsornya sebelum pukul 7 malam," ungkapnya. Akibat tanah longsor tersebut, menurut dia, setidaknya terdapat 4 rumah yang terpendam. Sebelum tanah longsor terjadi, dia sempat mendengarkan suara yang keras. Ia sempat mengungsi di tetangganya di Pedukuhan Cauk yang lebih aman. "Setelah tanah longsor, hampir 3 hari ini mati lampu," yang kemarin mulai kembali ke rumahnya.
Dalam siaran persnya, Juru Bicara Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho mengatakan  Tim SAR gabungan menemukan 4 korban meninggal, yakni tiga korban ditemukan di Desa Donorati Kecamatan Purworejo dan satu korban di di Desa Caok/Karangrejo, Kecamatan Loano. Ia mengatakan kemungkinan masih ada 6 orang korban di Desa Donorati dan 8 orang di Desa Caok. Secara total korban bencana banjir dan longsor di Jawa Tengah mencapai 47 tewas dan 15 orang hilang.

Ia mengatakan proses pencarian korban dibantu 3 alat berat setelah terbukanya akses jalan yang sebelumnya sempat tertutup. “Masyarakat tetap siapsiaga mengingat potensi banjir dan longsor masih tetap tinggi,” katanya dalam siaran pers kemarin. Kepala BNPB, Willem Rampangilei yang datang ke lokasi bencana mengatakan proses pencarian korban akan dilakukan  hingga 7 hari ke depan atau Jumat mendatang. Namun jika diperlukan, masa pencarian dapat diperpanjang. Sebanyak 250 personil terlibat dalam Tim SAR gabungan.

Kesimpulan
Menurut berita di atas dapat disimpulkan bahwa gejala alam yang yang terjadi karena adanyahujan deras yang berkepanjangan. Tetapi banyaknya korban jiwa disebabkan oleh masyarakat yang kurang siaga padahal pemerintah setempat sering melakukan sosialisasi, simulasi, dan pemasangan rambu , dan juga tidak ada kesadaran untuk menjaga atau membenahi tempat tempat yang memang sudah rawan longsor

Solusi yang dapat dilakukan terhadap longsor yang terjadi yaitu, upaya antisipasi yangdilakukan pihak berwenang harus ditingkatkan. Contohnya : 
1.      Melakukan pengamatan dan melakukan upaya-upaya penanggulangan yang sesuai
2.      Menanami lereng dengan tanaman serta memperbaiki tata air dan tata guna lahan (Melakukan penghijauan sesuai tata guna lahan)
3.      Menyusun Peta Kawasan Rawan Bencana Tanah Longsor yang digunakan secara disiplin dalam penataan ruang dan kehidupan sehari-hari.

Saran yang dapat diambil mungkin para pembaca melalu media internet ini ikut sama – sama membantu dalam mewujudkan lingkungan yang lebih baik lagi tidak hanya di Purworejo sajamelainkan di daerah lain yang masih membutuhkan pertolongan kita semua. Semoga artikel sederhana ini dapat membantu. Kurang lebihnya mohon maaf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar